Jumat, 07 Mei 2021

Pondasi CM Indonesia #9 Mengatur Tanpa Menjadi Diktator

 Mengatur tanpa menjadi diktator

Perhatikan ini:

Ortu tidak boleh diktator, tapi anak tidak boleh dimanjakan.

Ortu tidak boleh semena-mena, tapi anak tidak boleh suka-suka. 

Bagaimana caranya?

Ini dinamakan principle-centered education. Tidak berat sebelah atau tidak memihak pola parent-centered dan children-centered.

Namun kesulitan principle-centered ini ada satu.

Bagaimana pikiran (logika) dengan perasaan (emosi) bisa selaras.

Mengapa bisa sukar?

Ortu mendidik anak ikut tradisi. Ikut-ikut pola asuh orang sekitarnya. Ikut-ikut pola asuh figur/tokoh, terlebih selebriti.

Ortu zaman sekarang individualis, semua belajar sendiri-sendiri. Sehingga cara asuh masing-masing sudah pasti beda.

Dapat info sana sini, jadi conflicting belief sehingga kacau sendiri dalam prakteknya mendidik anak.

Satu pertanyaan penting misalnya: menurut anda boleh atau tidak ortu menyuruh anak sesuatu yang anak ga suka? Sederhananya makan sayuran, tapi si anak ga mau. Sudah dinasehatin makan sayuran itu bagus buat kesehatan dan tubuh, anak tetap ga mau. Disuruh makan, si anak berseru mama jahat, mama tukang maksa dan lain-lain.

CM bilang kalau sudah hukum alam mesti ditegakkan. Makan sayur itu sehat, sudah pasti hukum alam. CM juga peringatkan kehendak anak itu lemah, yang dia tahu hanya suka dan tidak suka.

Di lapangan banyak ortu takut atau ragu-ragu jadinya karena takut dicap diktator. Ortu alergi disebut diktator. Jadinya semua berbasis kesepakatan. Oke kalau kamu tidak mau makan sayur ga apa-apa. Oke deh masih kecil kasihan anaknya. Oke deh masi belum ngerti sayuran itu untuk apa. Dan lain sebagainya.

Sekarang ortu sama anak setara ga sih?

Dalam mendidik anak, ortu memberikan perintah, anak menjalankan perintah. Ortu ga boleh bingung anak setara atau ga setara. CM bahkan menyebut keluarga seperti monarki, bukan demokrasi. Lalu sepintas langsung orang alergi dengar monarki, karena trauma masa lalu, karena pernah penyalahgunaan kekuasaan. Ortu adalah otoritas tertinggi bagi anak dalam keluarga. Tuhan menitipkan anak, dan ortu diberi tanggung jawab untuk mendidik anak. Monarki yang dimaksud CM dalam hal ini: aturan yang sifatnya prinsip harus ditegakkan, sedangkan kesepakatan untuk yang sifatnya non prinsip. Belajar dari monarki yang ada di dunia ini, ada catatan mendidik anak supaya berjalan baik. Raja harus bijak juga mengayomi rakyat. Bila sebaliknya, akan merugikan rakyat dan terjadi kediktatoran. Kita ingat pernyataan Raja Perancis Louis IV: L'État, c'est moi (negara adalah saya). Ini preseden monarki yang buruk. Karena menganggap diri adalah sumber kebenaran, tidak melihat Tuhan sebagai otoritas tertinggi, mencatut nama Tuhan untuk meninggikan diri, anti kritik, dan otokratis. Bedakan otokratis dan otoritatif. Otokratis sama dengan diktator. Otoritatif sama dengan tegas, punya tanggung jawab menegakkan hukum Tuhan. 

Apakah CM anti demokrasi? Demokrasi berarti menghargai setiap pribadi, menjadi tuan atas dirinya sendiri. CM sendiri setuju bahwa children are born person. Ortu jangan menindas apalagi mengeksploitasi anak. Kita ini pribadi, tapi bukan apa yang kita mau, yang menjadi kebenaran. Kita mesti berpegang pada prinsip, bukan figur. Ortu cuma perwakilan, anak taat pada hukum Tuhan. Sehingga otoritas melekat hanya pada kebenaran. Siapa yang berpengetahuan/bijak, yang memimpin. Siapa yang tidak berpengetahuan/ kurang bijak, yang dipimpin. Lalu siapa yang memimpin siapa? Ada waktunya bila anak lebih berpengetahuan, kita ortu jangan sungkan untuk mendengar dan belajar dari anak. Anak semakin dewasa, bisa setara dengan ortu. CM tidak menolak demokrasi, dengan catatan: prinsip kebenaran dan persyaratan harus dijalankan baru bisa yang ideal menyesuaikan di lapangan. 

Kesimpulan, principle-centered berarti ortu dan anak tunduk pada prinsip yang sama, hukum Tuhan. Prakteknya, menjalankan aturan dengan tegas dan menghormati kepribadian anak.

Refleksi dari CM Indonesia #9 Mengatur Tanpa Menjadi Diktator (4 Juli 2020)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar