"Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah" - Roma 8:28
Kalimat di atas, apabila ditafsirkan menurut konteksnya, dapat mendatangkan penghiburan dan penguatan yang tidak sedikit kepada orang Kristen yang sedang menghadapi pencobaan. Bagi Paulus kebenaran ayat ini merupakan keyakinan yang mendalam: "Kita tahu sekarang...". Dalam hal ini sama sekali tidak ada keragu-raguan. Ia memiliki kepercayaan yang tidak tergoyahkan akan pemeliharaan Allah yang mutlak. Ia percaya bahwa Allah akan menjadikan segala sesuatu serba baik. Keyakinan ini pulalah yang memungkinkan dia mempraktekkan nasihatnya yang sempurna, "Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu" (Efesus 5:20). Keyakinan ini mengubah keluhan menjadi nyanyian dan mempraktekkan kebenaran inilah yang memungkinkan dia bersama dengan seorang rekannya menyanyikan puji-pujian kepada Allah di tengah-tengah malam, walaupun segala rencana nampaknya gagal dan mereka terkurung dalam penjara bawah tanah dengan punggung berdarah. Bagi dia tidaklah terlalu menjadi soal apakah keadaan jasmani atau tidak, asal saja ia tahu bahwa ia mengasihi Allah dan terpanggil sesuai dengan rencana-Nya. Segala sesuatu, apakah nampaknya menguntungkan atau merugikan, pasti mendatangkan kebaikan.
Kunci untuk menafsirkan inti pernyataan, "Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan," ialah bahwa bagian kalimat itu tidak boleh dilepaskan dari konteksnya atau diceraikan dari kedua keterangan yang mengikutinya: "bagi mereka yang mengasihi Dia" dan "bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah."
Pertama, harus ada hubungan (relationship) yang benar dengan Allah. Orang yang menerima kebaikan dari janji itu ialah anggota keluarga Allah dan ia menikmati serta hidup di tengah-tengah kasih sayang keluarga.
Kedua, harus ada persekutuan (partnership). Ia adalah seorang yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah yang kekal dan rencana-rencananya sendiri telah diserahkan kepada rencana Allah. Bagi dia, rencana Allah yang sempurna mustahil dapat dihalangi oleh sesuatu yang merugikan dia.
Janji itu tidak berlaku bagi orang yang memberontak terhadap Allah dan yang tidak setuju dengan maksud-maksud-Nya. Bagi hati yang dingin, ayat ini merupakan batu sandungan, namun bagi hati yang hangat karena kasih kepada Allah, ayat ini merupakan penghiburan.
Dari ayat ini muncullah empat kebenaran yang penuh dengan penghiburan dan dorongan.
Rencana Allah mendatangkan kebaikan.
Kebaikan yang dijanjikan Allah sering disalahtafsirkan, dan mungkin tidak selalu tampak baik bagi kita dan tidak selalu dapat kita terima. Sesungguhnya, pemeliharaan-Nya kadang-kadang tampak membahayakan, apabila ditinjau dari sudut kebendaan yang bersifat duniawi. Kebaikan yang dijanjikan Allah bersifat rohani, bukan duniawi, dan mungkin diperlukan waktu sebelum kita dapat melihat kebaikan yang sebenarnya.
Diperlukan waktu bertahun-tahun sebelum pemeliharaan Allah yang aneh dalam kehidupan Ayub terbukti kebaikannya. Penderitaan yang harus dialaminya disebabkan oleh pikiran Iblis yang jahat, tetapi Ayub tidak menyalahkan nasib atau Iblis. Pandangan hidupnya diutarakan dengan kata-kata yang mulia ini, "Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan!" Ketika ia dicela oleh istrinya, ia tetap percaya kepada Allah. "Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?" Sikap imannya banyak dibenarkan oleh peristiwa-peristiwa berikutnya. Ia keluar dari cobaan-cobaan... (to be continue)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar