Minggu, 09 Desember 2012

Columnist - Medan Esplanade

I am so glad to know I was asked to make a review about Medan Heritage by Bang Denny Sitohang. I had ever said that my dream is to be a media columnist. And one of my most like topic is heritage. So I submitted  a paper about most well known heritage by Medan which is so risk of value demolition.
I hope that so many interactive Q&A could happen in few days ahead. You may enjoy and please leave comment ya!



Medan Esplanade

Lapangan Merdeka (dulu bernama Medan Esplanade) adalah ruang terbuka publik yang memiliki sejarah yang menyertai permulaan Kota Medan dari awal hingga saat sekarang ini. Dimulai dari perpindahan ibukota (pada saat itu Sumatra Timur) dari Labuhan Deli ke tanah konsesi Kesultanan Deli di Kesawan, Belanda mulai mengembangkan infrastruktur untuk menunjang seluruh aktivitas perkebunan yang mereka kembangkan.

Kota Medan sebagai cikal bakal kota perkebunan memiliki hasil tembakau yang sangat bagus kualitasnya di pasar perdagangan Eropa. Banyaknya permintaan mendorong para investor untuk datang dan memiliki hak perkebunan di Tanah Deli.

Jacob Nienhuys, dengan persetujuan dan bagi hasil dengan Kesultanan, mendapat hak untuk membuka tanah perkebunan. Sehingga untuk memudahkan kegiatan administrasi, seluruh sarana dan prasarana dipindahkan pula ke Kesawan. Lapangan adalah hakekat utama dalam perencanaan wilayah di dunia Barat, setelah memetakan kawasan buruh Cina di Kesawan, Belanda mengambil lingkungan terdekat dan membuka lahan rawa-rawa untuk dijadikan kawasan administrasi.

Merunut pada pola perencanaan wilayah dunia Barat, Belanda membuat satu distrik yaitu Esplanade, sebagai titik sumbu seluruh bangunan di sekelilingnya. Dan di sekitarnya Belanda mulai membangun De Javasche Bank (Bank Indonesia), stasiun kereta api, kantor perhubungan udara (Kantor Pos), Hotel De Boer (Hotel Dharma Deli) dan balai kota (Old City Hall).

Belanda sering mengadakan pertunjukan pawai di Esplanade ini, pawai miniatur perahu dalam skala menengah, pasar malam, dan liga sepak bola.

Selama penaklukan Belanda terhadap wilayah di Sumatra Timur, pernah terjadi peperangan dan pergolakan dengan Aceh Tamiang kala itu. Kemenangan Belanda kemudian diabadikan dengan mendirikan Monumen Tamiang di Esplanade, namun pada tahun 1950 dihancurkan oleh PKI karena kebencian terhadap kolonialisme.

Esplanade mulai berganti nama menjadi Lapangan Merdeka, sejak diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia. Di lapangan tersebut dengan penaikan bendera merah putih, dan diabadikan dengan monumen yang sampai sekarang masih ada. Mengingat lapangan ini awalnya adalah rawa, tidak mengherankan dari dahulu hingga sekarang, kawasan ini menjadi titik kumpul drainase alamiah air dan mengakibatkan banjir.

Keunikan Esplanade pada waktu awal ada dua hal. Pertama, pola sirkulasi yang fleksibel sehingga menciptakan alur yang menarik bila dilihat dari udara. Kedua, keberadaan pohon di tengah lapangan sebagai titik aksis yang membagi bidang bangunan di sekelilingnya. Namun sekarang kedua keunikan tersebut telah tergantikan oleh kehadiran bangunan semi permanen komersil dan rencana kawasan parkir dari penggusuran kedai buku. Edy Saputra (edysaputrayu@gmail.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar